Pentingnya Hidup Sederhana
Dengan hidup sederhana; tidak berlebihan, kita memiliki anggaran
berlebih untuk ibadah, untuk meningkatkan kemampuan kita, dan untuk
beramal saleh menolong sesama.
Semoga Allah Yang Mahakaya mengaruniakan kekayaan yang penuh berkah,
dan melindungi kita dan tipu daya kekayaan yang menjadi fitnah.
Saudaraku, salah satu penyebab maraknya korupsi di negeri kita adalah
kegemaran sebagian orang terhadap kemewahan dan menggejalanya pola
hidup konsumtif. Memang, tantangan untuk tampil lebih (konsumtif) sangat
terbuka di sekitar kita. Tayangan televisi sering membuat standar hidup
melampaui kemampuan yang kita miliki. Iklan-iklan tidak semuanya
memberikan keinginan primer, tapi juga yang sekunder dan tertier yang
tidak terlalu penting. Tidak dilarang kita memiliki, tapi apakah yang
kita miliki ini tergolong kemewahan atau tidak? Itulah yang harus kita
pertanyakan.
Lalu apa kerugian hidup bermewah-mewah? Di zaman sekarang kemewahan
bisa membawa bencana. Minimal dicurigai orang lain. Siksaan pertama dari
kemewahan adalah ingin pamer, ingin diketahui orang lain. Siksaan kedua
dari kemewahan adalah takut ada saingan. Pemuja kemewahan akan mudah
dengkinya kepada yang punya lebih. Penyakit ketiga cemas, takut rusak,
takut dicuri. Makin mahal barang yang dimiliki, kita akan semakin takut
kehilangan.
Pentingnya hidup sederhana
Tampaknya, pola hidup sederhana harus dibudayakan kembali di
masyarakat. Tak terkecuali di keluarga kita. Kalau orangtua memberikan
contoh pada anak-anaknya tentang kesederhanaan, maka anak akan terjaga
dari merasa diri lebih dari orang lain, tidak senang dengan kemewahan,
dan mampu mengendalikan diri dari hidup bermewah-mewah.
Saudaraku, sederhana adalah suatu keindahan. Mengapa? Karena
seseorang yang sederhana akan mudah melepaskan diri dari kesombongan dan
lebih mudah meraba penderitaan orang lain. Jadi bagi orang yang merasa
penampilannya kurang indah, perindahlah dengan kesederhanaan. Sederhana
adalah buah dari kekuatan mengendalikan keinginan.
Dalam Islam, kaya itu bukan hal yang hina, bahkan dianjurkan.
Perintah zakat bisa dipenuhi kalau kita punya harta, demikian pula
perintah haji. Yang dilarang itu adalah berlebih-lebihan. Dalam QS
At-Takaatsur, Allah SWT dengan tegas mencela orang yang
berlebih-lebihan. Memang kita harus kaya tapi tidak harus
bermegah-megah. Beli apa saja asal perlu, bukan karena ingin. Keinginan
itu biasanya tidak ada ujungnya. Beli semua yang kita mampu beli, asal
manfaat. Kita harus punya, tapi bukan untuk pamer dan bermegah-megah,
tapi untuk manfaat. Kita tidak dilarang punya barang apa saja, sepanjang
barang yang dimiliki halal dan diperoleh dengan cara halal. Saya tidak
mengajak untuk miskin, tapi mengajak agar kita berhati-hati dengan
keinginan hidup mewah.
Satu hal yang penting, ternyata di negara manapun orang yang
bersahaja itu lebih disegani, lebih dihormati daripada orang yang
bergelimang kemewahan. Apalagi mewahnya tidak jelas asal-usulnya.
Rasulullah SAW adalah sosok yang sangat sederhana, walaupun harta
beliau sangat banyak. Rumahnya Rasul sangat sederhana, tidak ada
singgasana, tidak ada mahkota. Lalu, untuk apa Rasulullah SAW memiliki
harta? Beliau menggunakan harta tersebut untuk menyebarkan risalah
Islam, berdakwah, membantu fakir miskin, dan memberdayakan orang-orang
yang lemah.
Dari apa yang dicontohkan Rasulullah SAW, kita harus kaya dan harus
mendistribusikan kekayaan tersebut pada sebanyak-banyak orang, minimal
untuk orang terdekat. Maka, bila kita memiliki uang dan kebutuhan
keluarga telah terpenuhi, bersihkan dari hak orang lain dengan berzakat.
Kalau masih ada lebih, maka siapkan untuk orangtua, mertua, sanak
saudara yang lain, dst. Kakak-adik, keponakan, juga harus kita pikirkan.
Kekayaan kita harus dapat dinikmati banyak orang.
Semoga dengan hidup sederhana; tidak berlebihan, kita memiliki
anggaran berlebih untuk ibadah, untuk meningkatkan kemampuan kita, dan
untuk beramal saleh menolong sesama. Amin.
***
Dari Sahabat
Jaga senyum,semangat dan hatimu selalu :)
BY : Chelsea arifin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar